welcome to my blog
selamat membaca
Aku Mawar,
aku baru saja
lulus SMA, dan kini
aku akan memasuki
salah satu universitas
di Bandung. yaitu, ITB
tapi, yang namanya
masalah selalu saja
datang, aku yang
kala itu berada
dikamar kosku menelpon
ibu yang berada
diMakassar .
“ Assalamualaikum...!! ini Mawar, ibu
gimana kabarnya disana
??”
kataku
melalui telpon selulerku.
“ Waalaikum
salam Mawar, ibu
baik nakk. Kamu
sendiri gimana nak
kabarnya dibandung ?”
jawab
ibuku yang membuatku
rindu terhadap sosoknya
yang penyayang. maklum
aku sudah 3
tahun tak pernah
pulang kekampung halamanku
sebab, kesibukan disinilah
yang mengharuskanku menunda
untuk pulang kampung.
“ Mawar juga
baik kok buu.
Oh iya buu, Mawar rencananya
mau lanjut kuliahh
di Bandung “
Kataku.
“ kok di Bandung
lagi nakk ??
kenapa ngga disini aja
?? ibu udah
kangen nak ama
kamu, udah 3
tahun lohh nak
kita ngga pernah ketemu,
apa kamu ngga
kangen ama ibu
??”
aku
sedikit kecewa mendengar
jawaban ibu sebab,
dari kecil Bandung
adalahh tujuanku untuk
mencari ilmu.
“ Mawar ngga
pernah bermaksud kayak
gitu buu, Mawar
juga kangen kok
ama ibu lagiaan
kan ibu udah
tau kalo cita-cita
Mawar pengen menempuh
ilmu sampai akhir
di Bandung “
jawabku
untuk meyakinkan ibu.
“ Tapi nak
apa 3 tahun
itu blm cukup
buat kamu ??
apalagi ibu dan
bapak udah nyariin
universitas lohh buat
kamu disini nak”
jawaban
ibu membuat aku terkejut sebab
aku tak pernah
mengira kalo ibu
akan mendaftarkan aku di universitas
Makassar.
“ Lohh... ibu
kok ngga bilang
Mawar dulu ?”
“ Ibu Cuma
mau ngasih kejutan
nak buat kamu”
suara
ibu sedikit gemeter
aku rasa ibu
mengira aku tak
suka dan ibu
menjadi sedihh kalo
begini mau gimana
lagi.
“ Ok buu insyaallah
waktu dekat ini
aku akan pulang”
walaupuun
agak sedikit kecewa aku
berusaha tegar.
“ Alhamdulillah ibu
tunggu yahh nak?”
“ Iya bu”
setelah
itu, aku langsung
menutup telponku dan
langsung berbaring kekasur,
aku cukup sedih
karna di ITB lah
cita-cita ku untuk menjadi
disagner kemungkinan besar
akan terwujud.
Hari ini adalah hari
ospek pertama, sebenarnya
ibuku tidak tau
akan hal ini sebab,
kalo ibuku tau
dia akan sangat
kecewa terhadapku walaupun
sebenarnya, ibuku sudah
menyuruh pulang karna,
di makassar ospek
akan dilaksanakan 3
hari lagi tapi
seperti biasa ada
saja alasan agar
ibuku percaya akan
kebohongan yang aku
ciptakan setiap kali
disuruh pulang kekampung
halamanku.
“ Hai..... Mawar gimana
udah siap belum?”
ucap Sinta
sahabatku
“ Yahhhh... insyaallah
deh Sinta lagipula
jujur aku takut
bgt”
jawabku seadanya
“ Apa yang
kamu takutkan?”
ungkap Sinta
heran
“ Yahhh... kamu liat
sendiri kakak-kakak nya serem”
ungkapku
“ Hahahhahaha Mawar...Mawar...
kamu lucu deh
kamu itu udah
mahasiswa bukan anak
SD masih jaman
apa kayak gitu?”
tawa Sinta membuat
sebagian orang melihat
kearahku dan Sinta
spontan aku langsung
menutup mulut Sinta
“ Ihhhh..... Sinta
jangan ketawa kenceng-kenceng kenapa
sihh ? malu
tau diliatin”
ungkapku dengan
wajah merah
“ Lagiaaan sihh kamunya
lucu udahlah yuk
masuk ke aula aja
nanti kalo telat
dihukum lagi kita”
Sinta pun langsung
menarik tanganku . saat
tiba di aula ternyata
masih sepi aku
dan Sinta pun
langsung memilih kursi
paling depan saat
aku duduk tiba2
saja handphoneku berdering
yap..... tidak salah
lagi itu pasti
ibuku yang akan
menanyakan kepulanganku
“ Yah... halo bu.....?
ada apa ? maaf yah bu aku untuk
sekarang ini blm
bisa pulang sebab
masih banyak tugas
yang blm aku
kerjakan.”
Ucapku tanpa memberi
salam terlebih dahulu
sebab aku yakin
tidak ada pertanyaan
lain selain itu
“ Halo kakak ...
hiks...hiks...”
aku tertegun mendengar suara
disebrang telpon itu
bukan suara ibuku
melainkan suara adikku,
“ Halo dek... kamu
kenapa nangis? Kemana ibu?
Kok tumben kamu
yg telpon?.”
Ucapku dengan penasaran
“ Ibu kak.... hiks...hiks..”
“ Ibu kenapa dek?.”
“ I..ib..ibu... udah
ngga ada!!!!!!.”
Aku sangat kaget
mendengar kabar dari
adikku dengan tangan
gemeter dan keringat
dingin aku berusaha
tetap menjawab
“ Maksud kamu?....... jangan bikin kakak
takut... sekarang bukan waktunya untuk
bercanda.”
Aku yang belum percaya
karna sebelumnya ibu masih menelponku dengan suara khasnya
yang aku rindukan.
“ Maaf ka.. ade lagi ngga
bercanda... i...ibu..hiks..hiks..udah ninggalin
kita kak..”
BRUK!!!!!! Tiba-tiba saja hp yang aku pegang terhempas begitu saja,
Sinta yang berada disampingku
pun langsung menengok kearahku.
“ Yaaaaa ampun... Mawar kamu udah kaya
ngelempar hp?.”
Mungkin Sinta belum mengetahui apa yang
sedang terjadi, aku pun hanya menangis
sambil menatap hpku yang
tergeletak di lantai.
“ Lohh.... nih anak hp jatuh bukannya di ambil malah di
tangisin.”
Ucap Sinta yang
sangat greget kepadaku.
“ I...ibuku......hiks..hiks..ibuku telah tiada
Sin..”
Tangisku pun pecah Sinta
yang melihatku dan mendengar
kataku pun kaget
“ HAH!!!!!!!........ serius kamu Mawar????.”
Ucap Sinta dengan kaget. Aku
tak menghiraukan pertanyaan
sinta aku tetap menangis
dalam dekapan dua
telapak tanganku
“ Mawar? Jawab aku?.”
Sinta terus menggoncang
tubuhku tapi aku
tetap dalam posisi
yang sama sungguh,
aku sangat tak
percaya hal ini
akan terjadi dalam
hidupku.
“ Aku harus bagaima
sin?.”
“ Aku juga ngga
tau Mawar?. Lebih
baik kamu sekarang
pulang aja bagaimana?.”
Akupun memikirkan perkataan
Sinta barusan, mungkin
Sinta benar lebih
baik aku pulang
sekarang. Tapi, bagaimana
dengan ospek ini?,
“ Tapi bagaimana dengan
kuliah aku Sinta?.
Kamu kan tau
kalo aku sangat
membutuhkan kuliah ini,
kalo aku mundur
sekarang sama saja
aku menguburkan niatku.”
Aku tau, Sinta
sangat bingung dengan
maksud dari perkataan ku
tapi.....
“ Astaga Mawar, apa
sih yang kamu
pikirin?. Kamu lebih
mementingkan kuliah daripada
ibu kamu sendiri,
kamu waras apa
ngga sih?.”
Aku hanya diam
mendengar ucapan Sinta
barusan, aku tahu
bahwa pilihanku barusan
sangat salah tapi,
mau bagaimana lagi,
ini titik awal
aku menjadi seorang
designer.
“ Hey Mawar? Apalagi
yang kamu pikirkan?.
Sekarang kamu cepat
ke bandara beli tiket
dan temui keluargamu,
saat ini mereka
sedang menunggumu.”
Aku tetap diam
dengan pikiran yang
membuatku semakin pusing
ini.
“ Mawar!!!!!!!.....”
Teriak Sinta membuatku
menoleh kepadanya bahkan
semua mahasiswa yang
berada dalam aula
kampus pun melihat
kearah kami heran.
“ Apa?.”
Hanya itu saja
kata yang mampu
aku ucapkan.
“ Hah?. Apa?, hey
ibumu sedang meninggal
keluargamu sedang manantimu
dan kamu hanya
diam disini sambil
menangis saja?. Kalo
aku jadi kamu,
aku akan pergi
sekarang pulang dan masa bodoh
dengan kuliahku. Dengar
Mawar?, kuliah bisa
kita ulang tahun
depan tapi ibu
takan pernah ada
lagi setelah mereka
sudah tiada.”
Aku menatap dalam
Sinta yang mulai
menitikan air matanya,
Sinta memang benar
saat ini ibukulah
yang harus aku
utamakan.
Tanpa pikir panjang
akupun berlari meninggalkan
ruang aula dan
menuju bandara saat
itu harapanku hanya
satu semoga aku
tidak terlambat. Aku
ingin melihat wajah
ibuku walau untuk
yang terakhir kalinya.
“ Mba, saya mau pesan tiket
ke Makassar sekarang.”
“ Iya tunggu sebentar
yah mba?.”
Aku berharap semoga
kali ini aku
benar-benar tidak terlambat.
“ Ini tiketnya mba,
pesawat akan terbang
nanti tepat pukul
13.00.”
“ Iya Terimakasih mba.”
Aku kembali duduk
dengan kaki yang terus aku
hentakkan berulang-ulang kelantai.
“ Hussssss.. berisik.”
Aku menatap kearah
suara yang tepat
berada disampingku, seorang
nenek yang sangat
rapih menatapku dengan
sangat tak bersahabat,
akupun langsung mendiamkan
kakiku walau rasa
gemetaran ini tak
bisa kutahan.
Aku melirik jam
tangan usang pemberian
ibuku tepat sehari
sebelum keberangkatanku ke Jakarta
tiga tahun lalu.
Jam masih menunjukkan
pukul 11.00 masih
ada waktu dua jam sebelum
pesawatku take off, aku
berniat menelpon adikku
tapi, aku rasa
ini bukanlah saat
yang tepat.
Saat ini jam
sudah menunjukkan pukul
16.00, aku baru
saja keluar dari
Bandara Sultan Hassanudin
dan langsung memanggil
taksi dan segera
menuju rumahku.
Taksi yang kutumpangi
berhenti tepat di depan
rumah yang bernuansa
hijau tua, rumah
yang tetap sama
seperti dulu hanya
saja, sekarang sedikit
berbeda. Ada tambahan
tenda dan bendera
kuning yang terpasang
rapih didepan rumahku,
dengan langkah yang
gemetar aku berjalan
perlahan memasuki pintu
rumah, saat ini
semua mata orang tertuju
kepadaku, mereka memandangku
dengan heran, tentu
saja aku tak
boleh kaget dengan
hal itu.
“ Kakak.........,”
Ziah adikku berlari
menuju kearahku dengan
matanya yang sembab.
“ Ziah?,”
Aku menunduk menyamai
tinggiku dengan tingginya,
dia langsung memelukku
dengan sangat erat,
aku tahu saat
ini hatinya sangat
hancur sama sepertiku.
“ Ibu kak, ibu...”
“ Iya sayang, kakak
tahu.?
“ Ayo kak liat
ibu.”
Aku langsung berdiri
dan menuju kedalam
rumah, sampai disana
mataku hanya tertuju
satu arah. yaitu,
ibuku yang tertidur
pulas dengan kain
bermotif batik yang
menutupi seluruh tubuhnya.
Dengan langkah yang
tertatih-tatih aku terus
berjalan untuk menghampiri
sosoknya yang selama
ini telah merawatku
dengan penuh cinta
dan kasih sayang.
Dengan bibir yang
gemetar aku mencoba
membuka kain yang
menutupi wajah ibuku,
sungguh, air mataku
tak lagi mampu
kutahan, aku masih
tak percaya sosok
wanita yang selama
ini aku banggakan,
yang selama ini
merawatku, bahkan yang
selalu setia menjadi
sahabatku sudah tiada.
Aku sungguh menyesal
tuhan. Aku sungguh
tak percaya.
Aku memeluk tubuh
ibuku dengan sangat
erat, berharap ia
bisa kembali hidup
dan menatapku saat
ini.
“ Ibu, Mawar sudah
pulang bu, ibu
ngga kangen sama
Mawar? Mawar udah
pulang, ibu bangun.”
“ Sudah nak, kamu
harus sabar.”
Aku langsung
melepaskan pelukanku kepada ibu
dan menatap ayahku
yang sudah tua
dengan mata senduku,
saat ini hanya
dia yang aku
punya dan gilirankulah
yang merawatnya.
“ Ayah, maafkan Mawar,
maaf kalo Mawar
selama ini tak menuruti kata
kalian.”
“ Sudalah nak, yang
berlalu biarlah berlalu.
Allah lebih sayang
pada ibumu.”
Aku langsung memeluk
ayahku dengan penuh
penyesalan, aku akan
berjanji aku takan
membuat kesalahan yang
membuat penyesalan itu datang
untuk yang kedua
kalinya.
“ Ya Allah
saat ini ibuku
sudah tenang bersamaMu,
jaga dia untukku
ya Allah, jangan
sampai ibuku menangis
untuk yang kedua
kalinya. Ibu, Mawar
selalu sayang ibu,
Mawar akan melakukan
keinginan ibu yang
belum Mawar laksanakan.”
Doa itu
selalu aku baca
setiap kali aku
selesai sholat dan
rindu kepada ibuku .
Saat ini
jam menunjukan pukul 06.30 aku
bergegas untuk merapikan
diriku. sesuai janjiku
kepada ibu, aku
akan mengambil universitas
yang telah ayah
dan ibuku pilihkan,
walau sebenernya berat
untukku tapi, aku
yakin pilihan kedua
orang tuaku adalah
yang terbaik untukku.
Setelah pamit kepada
ayah aku langsung
pergi berharap semoga
aku bisa diterima.
Setelah mengikuti tes
yang berjam jam
hasil pun akan
diumumkan, kali ini
aku ingin menunjukan
pada ibuku bahwa
aku pasti bisa
membanggakannya.
“ Baik saya akan
mengumumkan siapa saja yang lolos
seleksi kali ini.”
Aku sangat deg-degan,
namaku belum juga
disebut aku sudah
mulai putus asa,
saat aku ingin
berdiri keluar karena
sudah yakin bahwa
aku tidak diterima
tiba-tiba saja.....
“ Raihatul Mawar Mukhsin
dengan nilai 80,23
dinyatakan lolos seleksi.”
Jantungku rasanya ingin
berhenti seketika aku
tidak menyangka kalo
aku bisa lolos
seleksi.
Dengan perasaan yang
senang aku langsung
berlari kencang keluar
lapangan dan berteriak
“ IBU.......!!!!! AKU
LOLOS,,.”.
TERIMA KASIH
JAKARTA, 8 AGUSTUS 2016
NAHDATUL MUSYAYYADAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar